Well..kebiasaan menulis saya sudah menghilang nampaknya. Blog ini sudah saya anggurkan bertahun-tahun. Bahkan isi yang sebelumnya pun copas dari tugas-tugas kuliah. Padahal jaman SMA saya punya berbuku-buku hasil karya tulis berupa cerpen dan bahan novel yang bangkar karena kebiasaan menulis itu perlahan sudah hilang.
Kali ini saya mencoba untuk menuliskan kisah saya merantau di Karawang. Dibilang merantau pun sebetulnya jaraknya dekat ke rumah orang tua di Bandung.
Saya pindah kost ke Karawang sejak sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 27 Maret 2015. Sebelumnya saya tinggal di Bekasi dengan menyewa kontrakan di daerah Margahayu selama kurang lebih 4 tahun. Pada awal tahun 2015 ini saya pindah kerja ke daerah Karawang, tepatnya di Kawasan Industri Mitra Karawang Timur. Sebuah kawasan industri kecil, yang menurut saya mungkin diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan kecil yang ingin merintis bisnisnya di Indonesia. Karena luas area KIM terbilang kecil dan fasilitasnya pun masih belum sebanding dengan kawasan industri lain seperti KIIC atau Surya Cipta.
Lokasi kawasannya sendiri berada di Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Popularitas KIM sendiri nampaknya masih belum seterkenal KIIC, karena terbukti hampir semua supplier atau pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan tempat saya bekerja akan balik bertanya jika saya sebutkan alamat perusahaan saya.
"Kawasan Industri Mitra itu di mana ya, Bu?"
Nah, awalnya saya bingung menjelaskan karena jika saya jawab, "Di Parungmulya, Ciampel, Karawang Timur", maka lawan bicara akan bertanya ulang, "Itu di mana ya?".
Ya, memang kawasan ini bisa dibilang agak "nyungseb", kalo dari segi lokasi. Tapi sebetulnya mudah ditemukan.
So, bagaimanakah cara sampai ke KIM? Ada beberapa opsi patokan, dan berikut petunjuk berdasarkan beberapa pengalaman saya.
- Rute ojek via Karawang Timur
Untuk menuju ke KIM, setelah bis keluar tol Karawang Timur, bis akan berbelok ke kiri menuju Cikarang. Saya turun setelah bis berbelok, nama daerahnya adalah Klari.
Kita bisa menjumpai para tukang ojek berjejer menanti penumpang turun dari angkutan.
Minta pada tukang ojek untuk mengantarkan kita ke Kawasan Mitra/KIM melalui desa Anggadita. Dengan seperti itu, tukang ojek akan membawa kita ke KIM melalui jalur dengan jarak tempuh pendek.
Desa Anggadita tidak jauh dari tempat ojek berjejer, nanti ojek akan membawa kita ke arah berlawanan dengan jalan akses tol Timur, kemudian masuk ke jalan kecil di sebelah kiri.
Kita akan menelusuri perkampungan, daerah bantaran sungai dan menjumpai beberapa bangunan bekas pabrik. Sampai di suatu titik yang menurut saya lumayan menegangkan. Ojek harus menyeberangi sungai Citarum yang lebar. Tidak ada jembatan di sana. Hanya beberapa perahu berjejer untuk dilalui oleh motor. Jalan menuju ke sungai sangat curam, bayangkanlah permainan Niagara-gara di Dufan pada saat perahu sudah di puncak tanjakan dan siap meluncur ke bawah. Yah...kira-kira sama seperti itu.
Setelah menyeberangi sungai, ojek harus menanjak menuju jalan tembus ke jalan Peruri.
Setelah masuk jalan Peruri, tidak jauh dari situ gerbang utama KIM sudah bisa terlihat.
Untuk ongkos ojek dari Klari ke KIM berdasarkan pengalaman saya adalah Rp 25,000 dengan rincian : Ojek Rp 20,000 - Tarif perahu penyeberangan Rp 5,000. (Akhir tahun 2014)
Ini adalah tarif hasil nego dengan tukang ojek.
-Ada tips dari saya untuk menghadapi tukang ojek di Karawang-
Pertama, jangan pernah terlihat linglung. Segera setelah turun dari bis/angkutan umum, pasanglah wajah tenang dan percaya diri seakan kita sudah terbiasa dengan rutinitas seperti ini.
Jika tukang ojek mendapati kita tengah bengong, linglung atau bingung, maka kita akan menjadi sasaran empuk mereka untuk memasang harga super tinggi.
Berdasarkan informasi dari Security di area KIM, para calon karyawan yang baru pertama kali naik ojek dari Klari ke KIM rata-rata dikenakan tarif Rp 75,000.(Thn.2014).
Kedua, jika anda bisa berbahasa Sunda, gunakan untuk berkomunikasi. Karena kita akan dikira orang lokal. Meskipun memang bahasa Sunda orang Bandung dan Karawang sedikit berbeda.
Ketiga, kecepatan ojek lumayan tinggi, maka bagi para wanita dianjurkan untuk mengikat rambut atau memasukkan jilbab ke jaket, supaya saat sudah sampai di tempat tujuan kondisi masih tetap "agak rapi".
- Rute mobil via Tol Karawang Timur - Kawasan Industri
Di sana kita bisa bertanya ke security mengenai lokasi perusahaan yang dimaksud.
Kesan awal saat datang ke KIM untuk pertama kali adalah gersang. Karena menurut saya keanekaragaman hayati di sistem petamanannya masih kurang. Namun di bagian tepi kawasan masih tumbuh pohon-pohon tinggi dan semak belukar yang sangat rimbun.
Berdasarkan cerita dari mang Nanang, seorang driver yang asli orang Karawang, dahulu area KIM ini adalah area hutan yang sama sekali tidak terjamah. Oleh karena itu wajar saja jika di luar area kawasan masih banyak pohon langka dan juga binatang hutan.
Saya pribadi selama bekerja di sini seringkali mengusir beberapa jenis kadal yang masuk ke kantor dan sebelumnya belum pernah saya lihat.
Untuk serangga yang sering "mampir" ke kantor pun lumayan asing bentuknya.
Jika pulang malam sehabis lembur, suasananya jauh berbeda dengan siang hari. Lampu penerangan jalan di dalam kawasan menurut saya masih kurang. Dan begitu keluar kawasan dan menuju ke pintu tol, kondisi gelap gulita. Ada beberapa lampu yang menerangi jalan, tapi sama sekali tidak membuat rasa aman dan nyaman untuk melalui jalan tersebut. Maka tidak heran jika di pagi hari terlihat ada pembatas jalan yang hancur tertabrak, mungkin pengendara tidak melihat adanya pembatas di tengah jalan.
Cerita mengenai Karawang saya akhiri sampai di sini dahulu.
Semoga ada waktu dan mood untuk meneruskan part selanjutnya.
See you...